Jumat, 27 Mei 2011

Nyanyian Kemiskinan (Sepenggal Puisi Pinggiran)

Di negeri ini, orang miskin bisa jadi apa saja
Di negeri ini, si miskin bisa tidak jadi apa-apa
Di negeri ini, orang miskin bisa makin miskin
Di negeri ini, orang miskin bisa dijual
Dijadikan proyek politik
Dijadikan kendaraan politik
Dijadikan tunggangan politik
Bahkan bisa dijadikan sarana kritik
Orang-orang licik dan picik
Orang miskin di negeri ini dipelihara
dirawat, diurus, dielus-elus dan dilestarikan
tapi bukan dibangkitkan
bukan pula disadarkan
apalagi diberdayakan
Orang miskin di negeri ini
bisa membuat orang jadi kaya
karena miskin bisa berarti uang
bisa dijual kemiskinannya
perutnya yang busung
matanya yang kuyu
iganya yang keluar
rumahnya yang kardus
airmatanya yang menetes
jadi nampak indah dan menggugah
dalam sebuah jurnal dan proposal
Di negeri orang miskin ini
angka-angka kemiskinan dimatematikakan
seratus ribu satu bulan
berpacu dengan harga-harga sembako
limaratus ribu satu bulan
Di negeri orang miskin ini
yang punya uang selalu cari peluang
untuk proyek pengentasan kemiskinan
bila perlu anak, cucu, istri, ponakan
tetangga dimiskinkan data-datanya
Dimiskinkannya orang-orang di negeri ini
karena pejabat, birokrat, teknokrat
yang mentalnya memang miskin
tak bisa bikin aturan yang miskin jadi produktif
karena kreatifitas otak mereka juga miskin
Sang kyai membedah dalil-dalil kemiskinan
Sang ekonom membesut kiat-kiat pembedayaan
di sebuah meja saresehan
sambil sesekali menyeka mulut dan janggutnya
karena terselip sebulir sisa nasi makan siang
akh, moga-moga amplopnya nanti
bisa menambah deposit income kendaraan
Sebuah nyanyian kemiskinan dikumandangkan
tentang perut yang lapar
tentang pendidikan yang mahal
tentang kesehatan yang mahal
tentang kebutuhan hidup yang mahal
sebuah nyanyian kemiskinan
tak pernah dihubungkan
dengan ajaran tuhan
dengan makna keberkahan
dengan makna kasih sayang tuhan
dengan makna ujian tuhan
dengan makna keharusan bersabar
dan berjuang
Kayanya orang-orang miskin di negeri ini
telah disindir baginda Muhammad Rasulullah SAW
sebuah mangkuk sup di meja makan orang kaya
jadi air raksa neraka
bila si miskin tetangganya menghirup
hanya baunya saja
Di negeri kayanya orang-orang miskin ini
telah diajari Khalifah Umar berulangkali
tentang pencuri yang miskin
yang divonis adalah
tetangganya yang kaya
tapi miskin amal kebajikan
miskin berbagi
miskin peduli
tak peduli berbagi
Telah miskinlah negeri yang kaya ini
Batu dan kayu tak lagi jadi tanaman
Melainkan menjadi padang gersang dan banjir bandang
Karena hutan telah dimiskinkan
dari pohon-pohonnya
karena kayu-kayunya telah digelondongkan
ke negeri jiran
pulau-pulau terluar
tak lagi jadi penghubung
dan pemersatu negeri
karena tertulis di atasnya
“privacy”
“sold out”
“Beware of dog”
“belong to Mr. John Tore”
tintanya dari
keringat bangsa pribumi
Daratan telah menjadi gurun gersang
Jadi ladang pembantaian
para investor pendatang
batubara, emas, timah, nikel, gas, minyak bumi
digerus,
dibesut,
dijarah
digali
dieksploitasi
kita saksikan semua
dengan
gigit jari yang tak lagi bergigi
dan tak lagi berjari
akhirnya,
telah menjadi kayalah negeri ini
dengan orang-orang miskin
dengan hutan yang miskin
dengan daratan yang miskin
dengan lautan yang miskin
dengan jiwa-jiwa yang miskin
dan
kedaulatan yang miskin


Bogor, Mei 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar