Subuh yang menggigil masih menyisakan embun semalam nampak masih bergelayutan di sela-sela gerobak pasar, di celah-celah daun singkong dan sayur mayur yang ditebarkan di pinggir hingga sebahu jalan, bau khas sampah yang menyengat seakan khas aroma pasar pelita sukabumi, mungkin juga semua pasar di kota-kota lainnya, lelaki muda itu jalan berjingkit – jingkit kadang sedikit melompat menghindari jebakan kubangan comberan pada jalan aspal berlobang. Aspal berlobang kian bertebaran akh, ..... siapa sih yang senang menanam lele jumbo di sini, ehm, kayaknya ada yang kerjasama nih sama perikanan, pikirnya nyeleneh. Kedua telapak tangannya kembali ditempelkan di kedua belah pipinya melawan dinginnya udara subuh.
Di ketika subuh dingin yang berulangkali, lelaki muda itu kembali berusaha menjajakan dagangannya, sambil sesekali mengatupkan bibir dan giginya karena dingin yang demikian menggigit. Kotak dagangan rokok yang selalu dibawa dia tutupi dengan sehelai plastik karena khawatir kelembaban udara subuh akan merusak barang dagangannya, sesekali dia menyapa dan disapa pedagang sayur di sekitarnya.
“dingin sekali ya pa?” sapanya
Di ketika subuh dingin yang berulangkali, lelaki muda itu kembali berusaha menjajakan dagangannya, sambil sesekali mengatupkan bibir dan giginya karena dingin yang demikian menggigit. Kotak dagangan rokok yang selalu dibawa dia tutupi dengan sehelai plastik karena khawatir kelembaban udara subuh akan merusak barang dagangannya, sesekali dia menyapa dan disapa pedagang sayur di sekitarnya.
“dingin sekali ya pa?” sapanya